Senin, 23 Juli 2012
Regulasi Diri
Regulasi Diri merupakan kemampuan untuk mengontrol perilaku sendiri dan salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian manusia. Bandura menawarkan tiga tahapan dalam proses regulasi diri :
1. pengamatan diri, kita melihat diri dan perilaku kita sendiri, serta terus mengawasinya.
2. Penilaian, membandingkan apa yang kita lihat pada diri dan perilaku kita dengan standart ukuran.
3. Respons diri, terjadi setelah ,membandingkan diri dengan standar ukuran tertentu, dan memberikan imbalan respon diri pada diri sendiri.
Konsep paling penting dalam psikologi yang dapat dipahami dari sudut pandang regulasi diri adalah konsep diri atau lebih terkenal dengan kondes harga diri. Kalau kita selama ini merasa hidup kita telah sesuai dengan standart yang telah ditentukan dan telah memperoleh penghargaan dan imbalan, itu berarti anda telah memiliki konsep diri. Sebaliknya, kalau selama ini kita gagal memenuhi standart diri dan terus menerus mengganjar diri, itu berarti kita memiliki konsep diri yang lemah.
Kemampuan siswa untuk menggunakan strategi meregulasi diri dalam belajar bisa bertindak sebagai alat belajar untuk mengurangi efek yang merugikan bagi siswa yang kurang mempunyai motivasi dalam kinerja akademik mereka. Di samping itu efek yang penting berkaitan dengan penggunaan regulasi diri pada kinerja akademik, secara relatif tidak banyak diketahui hubungan antara meregulasi diri dalam belajar dengan prestasi dan motivasi akademik.
Terdapat 5 aspek dari regulasi diri yaitu:
1. Menentukan sendiri tujuan dan standar
Sebagai manusia, seseorang menentukan standar perilaku diri sendiri, kita juga menentukan tujuan yang berharga yang menjadi tujuan utama perilaku kita. Dapat memenuhi standar diri kita dan mencapai tujuan akan menjadi kepuasan diri sendiri dan mendorong kita mencapai hal yang lebih baik.
2. Instruksi diri
Bagaimana seseorang menanyakan atau menginstruksikan pada diri sendiri tentang suatu hal dalam situasi tertentu. Ada 5 tahapan mengajarkan anak agar dapat member instruksi diri:
a. Kognitif modeling
Guru member instruksi sambil mempraktekkannya
b. Eksternal guidance
Guru mengulang instruksi, dan murid yang mempraktekkan
c. Overt self guidance
Murid mengulang instruksi dan melakukannya
d. Faded overt self guidance
Membisikkan instruksi sementara melakukan aktifitasnya
e. Covert self instruction
Berpikir sendiri mengenai instruksi sementara melaksanakan aktifitas.
3. Self Monitoring
Mengobservasi dan mengawasi diri sendiri dalam bertindak.
4. Self Evaluation
Menilai perilaku sendiri. Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri dengan tingkat objektifitas dan ketepatan yang baik menjadi penting untuk kesuksesan seseorang dalam jangka panjang.
5. Self Imposed Contingencies
Memberikan penguatan kepada diri sendiri ketika telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, dan mereka juga menghukum diri sendiri dengan perasaan bersalah atau malu jika tidak berhasil mencapai tujuan.
Jumat, 20 Juli 2012
Cognitive Behavioral Therapy (Terapi perilaku kognisi)
Dalam kesempatan kali ini saya akan berbagi salah satu jenis terapi dalam psikologi, yaitu Cognitive Behavioral Therapy yang biasa disingkat dengan CBT. Baiklah pembaca silahkan menyimak artikel berikut, semoga bermanfaat…Amiin
Terapi perilaku kognisi (CBT, Cognitive Behavioral Therapy) menekankan pada proses belajar memperbaiki dan mempertahankan perilaku. Klien didorong untuk mengenali hubungan antara pikiran dan responnya terhadap situasi social. CBT seringkali melibatkan pelatihan ketrampilan penyelesaian masalah. Pelatihan ini telah banyak dipelajari dan terdapat bukti keberhasilannya dalam jangka pendek untuk treatmen agresi dan gangguan perilaku pada anak.
CBT digunakan untuk berbagai masalah anak dan dewasa. Terapi ini menekankan pada teknik kognisi tertentu yang dirancang untuk menghasilkan perubahan dalam berpikir dan denan demikian perubahan dalam perilaku atau mood. CBT juga menekankan proses belajar dan cara dimana lingkungan luar (eksternal) dapat merubah baik kognisi maupun perilaku. CBT untuk anak dan remaja biasanya melibatkkan berbagai prosedur perilaku berdasar performa, dan seringkali melibatkan keluarga atau sekolah dalam terapi. Terapi ini juga mungkin melibatkan kerja individu, sesi kelompok, atau keduanya. Lama treatmen berubah-rubah dan tergantung pada keparahan kesulitan yang dialami.
Bagi anak dengan gangguan perilaku dan agresi CBT biasanya terfokus pada kognisi social dan penyelesaiian masalah interpersonal. Program yang digunakan seringkali lama dan mungkin menghabiskan 25 atau 30 sesi mingguan. Terapis bertugas secara aktif dan terlibat dalam dan berusaha untuk mengembangkan hubungan kerjasama yang menstimulasi anak untuk berfikir sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk member anak kesempatan untuk mencoba dan mengembangkan ketrampilan baru.
Terdapat dua jenis CBT, yaitu :
Social Skills and Anger Coping Skills Training (Pelatihan Ketrampilan Social dan Ketrampilan Penanganan Amarah), merupakan serangkaian pendekatan CBT yang terfokus pada bagaimana anak dengan masalah perilaku yang terus menerus seringkali memiliki pemahaman yang tidak benar mengenai kejadian social. Program yang digunakan terfokus pada modifikasi dan pengembangan pemahaman anak mengenai kepercayaan dan keinginan orang lain, dan juga memperbaiki tanggapan emosional anak itu sendiri.
Problem Solving Skills Training (Pelatihan Ketrampilam Penyelesaian Masalah). Salah satu bahan dasar CBT adalah untuk memperbaiki kemampuan penyelesaian masalah agresi pada anak dan remaja. Pelatihan membantu mereka menangani masalah eksternal yang mungkin memprovokasi perilaku. Anak pertama kali didorong untuk membuat solusi yang mungkin bagi suatu masalah. Anak itu dan terapis kemudian memutuskan penyelesaian terbaik dan mengenali langkah-langkah dalam imolementasinya. Anak tersebut kemudian melatih langkah-langkah ini dan pada akhirnya keseluruhan proses dievaluasi.
Sekian artikel ini, mohon maaf jika terdapat kekurangan. Indahnya berbagi karena Allah SWT…
Jumat, 24 Juni 2011
Membran Sel
Membran sel
tahukah kamu tentang membran sel?
membran sel adalah selaput tipis pelindung sel yang terletak di dalam dinding sel. membran sel adalah penjaga yang melindungi sel dari benda luar yang berbahaya. jika ada tamu asing ingin masuk ke dalam sel, membran sel akan memilih apakah tamu tersebut boleh masuk atau tidak. jika tidak ada membran sel, virus dan bakteri akan mudah masuk ke dalam sel. jika ini terjadi, manusia atau makhluk hidup lain akan terserang penyakit.
tahukah kamu tentang membran sel?
membran sel adalah selaput tipis pelindung sel yang terletak di dalam dinding sel. membran sel adalah penjaga yang melindungi sel dari benda luar yang berbahaya. jika ada tamu asing ingin masuk ke dalam sel, membran sel akan memilih apakah tamu tersebut boleh masuk atau tidak. jika tidak ada membran sel, virus dan bakteri akan mudah masuk ke dalam sel. jika ini terjadi, manusia atau makhluk hidup lain akan terserang penyakit.
dimanakah catatan nasib kita disimpan?
DNA
DNA adalah perpustakaan yang menyimpan segala informasi makhluk hidup. didalamnya tersimpan ciri-ciri unik setiap individu. apa warna rambut, bagaimana bentuk telinga, bagaimana bentuk wajah kita, penyakit-penyakit bawaan apa saja yang ada dan lain-lain. DNA sangat kecil, sehingga harus dilihat dengan miskroskop elektron.
apakah sel itu?Samakah dengan sel penjara?
sel penjara adalah ruangan terpisah yang mengurung tahanan di dalamnya. sel pada makhluk hidup juga "ruangan terpisah", tapi yang dikurung adalah perlengakapan biologis yang diperlukan makhluk hidup. sel berasal dari bahasa latin cella yang artinya ruangan kecil. isi sel tidak melompong seperti sel penjara, tapi penuh bagian yang fungsinya macam-macam. manusia tersusun atas 100 trilyun sel lebih yang bermacam-macam fungsinya.
susanto & sudono, 2009. the complete book of science. New orchid
DNA adalah perpustakaan yang menyimpan segala informasi makhluk hidup. didalamnya tersimpan ciri-ciri unik setiap individu. apa warna rambut, bagaimana bentuk telinga, bagaimana bentuk wajah kita, penyakit-penyakit bawaan apa saja yang ada dan lain-lain. DNA sangat kecil, sehingga harus dilihat dengan miskroskop elektron.
apakah sel itu?Samakah dengan sel penjara?
sel penjara adalah ruangan terpisah yang mengurung tahanan di dalamnya. sel pada makhluk hidup juga "ruangan terpisah", tapi yang dikurung adalah perlengakapan biologis yang diperlukan makhluk hidup. sel berasal dari bahasa latin cella yang artinya ruangan kecil. isi sel tidak melompong seperti sel penjara, tapi penuh bagian yang fungsinya macam-macam. manusia tersusun atas 100 trilyun sel lebih yang bermacam-macam fungsinya.
susanto & sudono, 2009. the complete book of science. New orchid
Kamis, 23 Juni 2011
Gangguan Emosi
Gangguan Emosi dan Perilaku banyak terjadi pada anak-anak. Menurut Pierangelo (1994), emotionally disturbed child memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Academic underachievement
b. Inappropriate classroom behaviour
c. Confrontational behaviour
d. Impulsive behaviour
e. Mudah merasa frustrasi meskipun hanya mengerjakan tugas yang sederhana
f. Sulit untuk berubah (resistant to change)
Emotional disturbed dapat mengganggu performa anak saat belajar yang akan berdampak pada prestasi di kelasnya. Hal ini disebabkan oleh anak mengalami kelelahan saat berada dalam situasi yang memicu emosinya. Saat mengalami kejadian seperti itu, anak membutuhkan energi untuk menghadapi konflik tersebut, semakin besar konflik semakin besar pula energi yang diperlukan. Jika energi yang ia miliki telah habis, maka hal ini akan mengganggu belajar anak di kelas. Hal-hal yang dapat terkena dampak dari emotional disturbed ini adalah konsentrasi, ingatan, perhatian (Pierangelo, 1994). Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka anak akan menjadi underachiever.
Ormrod (2006) juga menjelaskan bahwa siswa dengan masalah emosi dan perilaku memiliki berbagai masalah di sekolah. Mereka sulit berkonsentrasi dalam belajar, prestasi akademik rendah, tidak bisa mempertahankan hubungan interpersonal dengan orang dewasa dan teman sebaya, memiliki depresi atau kecemasan yang berlebihan dan lama, suasana hati yang mudah berubah, perilaku agresif atau antisosial. Gejala dibagi atas dua, yaitu (Ormrod, 2006):
a. Perilaku yang mengarah ke luar diri. Perilaku ini mempunyai akibat secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain. Perilaku ini seperti: agresif, melawan, tidak patuh, berbohong, mencuri, kurangnya kontrol diri.
b. Perilaku yang mengarah ke dalam diri: Perilaku berdampak pada diri siswa sendiri. Dampak tersebut berupa: kecemasan, depresi, menarik diri dari interaksi sosial, masalah makan, kecenderungan bunuh diri.
Secara umum, berikut karakteristik dari anak yang mengalami masalah emosi dan perilaku (Eggen& Kauchak, 2010):
Berperilaku secara impulsif dan memiki kesulitan berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang dapat diterima.
Berperilaku berlebihan dan gagal dalam mengikuti sekolah dan peraturan kelas.
Menunjukkan konsep diri yang rendah.
Memiliki prestasi akademik yang rendah dan sering bolos.
Gejala-gejala gangguan emosi, antara lain (Frampton & Gall, 1960) :
a) Gampang mengalami kondisi gelisah.
b) Melamun, kurang konsentrasi, gelisah.
c) Kecemasan, perasaan takut, perasaan malu.
d) Takut terhadap hal tertentu.
e) Mengalami gugup setiap saat.
f) Agresi, kasar
g) Gangguan bicara.
h) Kurang dalam hal nafsu makan.
i) Perilaku seperti balita, menangis setiap saat.
j) Berbohong, mencuri.
k) Gangguan pencernaan, kepala pusing, sakit bagian perut.
l) Melawan perintah.
m) Mengalami keletihan.
n) Obsesi.
o) Histeria
Masalah emosi dan perilaku disebabkan oleh faktor keluarga. Faktor tersebut seperti: penganiayaan anak, praktik pola asuh yang tidak konsisten, kekerasan, dan penggunaan alkohol/obat-obatan di keluarga. Namun, faktor biologis juga ikut berperan. Faktor tersebut seperti: gen, unsur kimia yang berlebihan di dalam tubuh, kerusakan otak, sakit parah (Ormrod, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah emosi dan perilaku menurut Sanders (1999) adalah sebagai berikut : factor keluarga, seperti pola asuh minim, konflik dalam keluarga, perpecahan di dalam keluarga berpengaruh kuat terhadap perkembangan anak. Secara lebih khusus, yaitu kurangnya relasi positif dengan orangtua, perasaan tidak nyaman dalam berelasi dengan orangtua, kasar, kaku, penerapan disiplin yang tidak konsisten, psikopatologi orangtua memperkuat risiko mengembangkan masalah perilaku dan emosi, termasuk penggunaan obat-obatan yang berlebihan, perilaku antisosial, dan kriminalitas (Sanders, 1999).
Sedangkan menurut The Individuals with Disabilities Education Act (IDEA), emotianally disturbed child memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor intelektual,sensoris, dan kesehatan.
b. Ketidakmampuan membangun atau mempertahankan hubungan dengan teman dan guru
c. Perilaku atau perasaan yang tidak tepat didalam situasi yang normal
d. Secara keseluruhan memiliki sikap tidak bahagia atau depresi
e. Kecenderungan untuk memperoleh symptom fisik atau rasa takut yang berhubungan dengan permasalahan pribadi maupun sekolah.
Anak yang memiliki criteria Emotional disturbed biasanya mengalami permasalahan perilaku, sosio- emosional, dan akademis dalam berbagai keadaan.
a. Academic underachievement
b. Inappropriate classroom behaviour
c. Confrontational behaviour
d. Impulsive behaviour
e. Mudah merasa frustrasi meskipun hanya mengerjakan tugas yang sederhana
f. Sulit untuk berubah (resistant to change)
Emotional disturbed dapat mengganggu performa anak saat belajar yang akan berdampak pada prestasi di kelasnya. Hal ini disebabkan oleh anak mengalami kelelahan saat berada dalam situasi yang memicu emosinya. Saat mengalami kejadian seperti itu, anak membutuhkan energi untuk menghadapi konflik tersebut, semakin besar konflik semakin besar pula energi yang diperlukan. Jika energi yang ia miliki telah habis, maka hal ini akan mengganggu belajar anak di kelas. Hal-hal yang dapat terkena dampak dari emotional disturbed ini adalah konsentrasi, ingatan, perhatian (Pierangelo, 1994). Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka anak akan menjadi underachiever.
Ormrod (2006) juga menjelaskan bahwa siswa dengan masalah emosi dan perilaku memiliki berbagai masalah di sekolah. Mereka sulit berkonsentrasi dalam belajar, prestasi akademik rendah, tidak bisa mempertahankan hubungan interpersonal dengan orang dewasa dan teman sebaya, memiliki depresi atau kecemasan yang berlebihan dan lama, suasana hati yang mudah berubah, perilaku agresif atau antisosial. Gejala dibagi atas dua, yaitu (Ormrod, 2006):
a. Perilaku yang mengarah ke luar diri. Perilaku ini mempunyai akibat secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain. Perilaku ini seperti: agresif, melawan, tidak patuh, berbohong, mencuri, kurangnya kontrol diri.
b. Perilaku yang mengarah ke dalam diri: Perilaku berdampak pada diri siswa sendiri. Dampak tersebut berupa: kecemasan, depresi, menarik diri dari interaksi sosial, masalah makan, kecenderungan bunuh diri.
Secara umum, berikut karakteristik dari anak yang mengalami masalah emosi dan perilaku (Eggen& Kauchak, 2010):
Berperilaku secara impulsif dan memiki kesulitan berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang dapat diterima.
Berperilaku berlebihan dan gagal dalam mengikuti sekolah dan peraturan kelas.
Menunjukkan konsep diri yang rendah.
Memiliki prestasi akademik yang rendah dan sering bolos.
Gejala-gejala gangguan emosi, antara lain (Frampton & Gall, 1960) :
a) Gampang mengalami kondisi gelisah.
b) Melamun, kurang konsentrasi, gelisah.
c) Kecemasan, perasaan takut, perasaan malu.
d) Takut terhadap hal tertentu.
e) Mengalami gugup setiap saat.
f) Agresi, kasar
g) Gangguan bicara.
h) Kurang dalam hal nafsu makan.
i) Perilaku seperti balita, menangis setiap saat.
j) Berbohong, mencuri.
k) Gangguan pencernaan, kepala pusing, sakit bagian perut.
l) Melawan perintah.
m) Mengalami keletihan.
n) Obsesi.
o) Histeria
Masalah emosi dan perilaku disebabkan oleh faktor keluarga. Faktor tersebut seperti: penganiayaan anak, praktik pola asuh yang tidak konsisten, kekerasan, dan penggunaan alkohol/obat-obatan di keluarga. Namun, faktor biologis juga ikut berperan. Faktor tersebut seperti: gen, unsur kimia yang berlebihan di dalam tubuh, kerusakan otak, sakit parah (Ormrod, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah emosi dan perilaku menurut Sanders (1999) adalah sebagai berikut : factor keluarga, seperti pola asuh minim, konflik dalam keluarga, perpecahan di dalam keluarga berpengaruh kuat terhadap perkembangan anak. Secara lebih khusus, yaitu kurangnya relasi positif dengan orangtua, perasaan tidak nyaman dalam berelasi dengan orangtua, kasar, kaku, penerapan disiplin yang tidak konsisten, psikopatologi orangtua memperkuat risiko mengembangkan masalah perilaku dan emosi, termasuk penggunaan obat-obatan yang berlebihan, perilaku antisosial, dan kriminalitas (Sanders, 1999).
Sedangkan menurut The Individuals with Disabilities Education Act (IDEA), emotianally disturbed child memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor intelektual,sensoris, dan kesehatan.
b. Ketidakmampuan membangun atau mempertahankan hubungan dengan teman dan guru
c. Perilaku atau perasaan yang tidak tepat didalam situasi yang normal
d. Secara keseluruhan memiliki sikap tidak bahagia atau depresi
e. Kecenderungan untuk memperoleh symptom fisik atau rasa takut yang berhubungan dengan permasalahan pribadi maupun sekolah.
Anak yang memiliki criteria Emotional disturbed biasanya mengalami permasalahan perilaku, sosio- emosional, dan akademis dalam berbagai keadaan.
Senin, 20 Juni 2011
Alternatif Program Pendidikan Anak Prasekolah
Perkembangan pendidikan prasekolah tidak hanya terjadi di negara yang telah maju saja, tetapi juga dinegara yang sedang membangun seperti Indonesia. berbagai macam pelayanan pendidikan prasekolah ditemukan di sekitar kehidupan kita, baik yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta. Beberapa program pendidikan anak prasekolah antara lain:
1. Day Care/ Tempat Penitipan Anak (TPA)Day care adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok. biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. Day care merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama beberapa jam dalam waktu satu hari bilamana asuhan orangtua kurang dapat dilaksanakan secara lengkap. Dalam hal ini pengertian Day care hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orangtua dan buka sebagai pengganti asuhan orangtua.
2. Program Bina Keluarga Balita (BKB)
Program Bina Keluarga Balita (BKB) berorientasi pada pendidikan orangtua dengan pendekatan kelompok. BKB bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengasuh dan mendidik anak balitanya.
3. Kindergarten atau Taman Kanak-kanak
Kindergarten atau Taman Kanak-kanak adalah sarana sekolah untuk anak prasekolah. program ini telah dikembangkan sejak abad ke-18 oleh Froebel seorang pendidik yang berasal dari jerman. progran ini kemudian diperkaya pengembangannya oleh Motessori dan Piaget.
daftar Pustaka
Patmonodewwo, 2003, Pendidikan anak prasekolah. Rineka Cipta: Jakarta
1. Day Care/ Tempat Penitipan Anak (TPA)Day care adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok. biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. Day care merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama beberapa jam dalam waktu satu hari bilamana asuhan orangtua kurang dapat dilaksanakan secara lengkap. Dalam hal ini pengertian Day care hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orangtua dan buka sebagai pengganti asuhan orangtua.
2. Program Bina Keluarga Balita (BKB)
Program Bina Keluarga Balita (BKB) berorientasi pada pendidikan orangtua dengan pendekatan kelompok. BKB bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengasuh dan mendidik anak balitanya.
3. Kindergarten atau Taman Kanak-kanak
Kindergarten atau Taman Kanak-kanak adalah sarana sekolah untuk anak prasekolah. program ini telah dikembangkan sejak abad ke-18 oleh Froebel seorang pendidik yang berasal dari jerman. progran ini kemudian diperkaya pengembangannya oleh Motessori dan Piaget.
daftar Pustaka
Patmonodewwo, 2003, Pendidikan anak prasekolah. Rineka Cipta: Jakarta
ADHD or GPPH
ADHD adalah attention deficit and hyperactivity disorder atau dalam bahasa indonesianya adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH).
GPPH ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Cirri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. (Patternote and Buitelar, 2010).
Gejala GPPH termasuk kesulitan untuk tetap fokus dan memperhatikan, kesulitan mengendalikan perilaku, dan hiperaktivitas (over-aktivitas).(National Institute of mental Health 2008).
Ada beberapa faktor penyebab ADHD pada anak yaitu faktor genetic, faktor lingkungan (alkohol, rokok, paparan radiasi elektromagnetik , keracunan timbal, dll)) sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak, dan faktor penggunaan penguat rasa makanan, dan gula (Patternote and Buitelar, 2010). Carlo (2006) menyatakan bahwa banyak orang tidak menyadari paparan radiasi elektromagnetik dapat menyebabkan gangguan dan membahayakan kesehatan, paparan radiasi elektromagnetik dapat menurun stamina, masalah memori, kelelahan, dan kemungkinan besar berkontribusi dalam sejumlah penyakit termasuk autisme, ADHD, Alzheimer, penyakit jantung, stroke, diabetes, insomnia, depresi, cacat lahir, dan menimbulkan berbagai penyakit. Carlo (2006) mengatakan bahwa ketika orangtua mulai menggunakan HP maupun Wifi (modem internet) saat anak berusia dini sekitar 8 atau 9 tahun, maka di usia mereka ke-18 atau 19 tahun mereka telah terpapar radiasi elektromagnetik selama 10 tahun yang berarti bahwa apa yang telah dilakukan orangtua telah menempatkan anak-anak ini dalam posisi yang luar biasa berbahaya.
Teman-teman semoga pengetahuan diatas paling tidak membuat kita sadar betapa penggunaan HP dan Wifi memiliki bahaya yang luar biasa bagi anak-anak, sehingga kita sebagai orangtua bisa lebih bijaksana dalam menyikapi perubahan zaman yang memang menuntut kita untuk berhubungan kedua benda tersebut. Penggunaan HP agar radiasinya tidak terlalu besar dapat menggunakan handsfree, penggunaan Wifi mungkin bisa menggunakan kabel LAN. Demikian, salam sukses!
DAFTAR PUSTAKA
Patternote & Jan Buitellar, 2010. Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Prenada Media Group. Jakarta
Carlo G. Mariea T. " Wireless Radiation in the Etiology and Treatment of Autism: Clinical Observations and Mechanisms ", Australasian Journal of Clinical Environmental Medicine 2007; 26(2): 3-7, 17.
GPPH ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Cirri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. (Patternote and Buitelar, 2010).
Gejala GPPH termasuk kesulitan untuk tetap fokus dan memperhatikan, kesulitan mengendalikan perilaku, dan hiperaktivitas (over-aktivitas).(National Institute of mental Health 2008).
Ada beberapa faktor penyebab ADHD pada anak yaitu faktor genetic, faktor lingkungan (alkohol, rokok, paparan radiasi elektromagnetik , keracunan timbal, dll)) sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak, dan faktor penggunaan penguat rasa makanan, dan gula (Patternote and Buitelar, 2010). Carlo (2006) menyatakan bahwa banyak orang tidak menyadari paparan radiasi elektromagnetik dapat menyebabkan gangguan dan membahayakan kesehatan, paparan radiasi elektromagnetik dapat menurun stamina, masalah memori, kelelahan, dan kemungkinan besar berkontribusi dalam sejumlah penyakit termasuk autisme, ADHD, Alzheimer, penyakit jantung, stroke, diabetes, insomnia, depresi, cacat lahir, dan menimbulkan berbagai penyakit. Carlo (2006) mengatakan bahwa ketika orangtua mulai menggunakan HP maupun Wifi (modem internet) saat anak berusia dini sekitar 8 atau 9 tahun, maka di usia mereka ke-18 atau 19 tahun mereka telah terpapar radiasi elektromagnetik selama 10 tahun yang berarti bahwa apa yang telah dilakukan orangtua telah menempatkan anak-anak ini dalam posisi yang luar biasa berbahaya.
Teman-teman semoga pengetahuan diatas paling tidak membuat kita sadar betapa penggunaan HP dan Wifi memiliki bahaya yang luar biasa bagi anak-anak, sehingga kita sebagai orangtua bisa lebih bijaksana dalam menyikapi perubahan zaman yang memang menuntut kita untuk berhubungan kedua benda tersebut. Penggunaan HP agar radiasinya tidak terlalu besar dapat menggunakan handsfree, penggunaan Wifi mungkin bisa menggunakan kabel LAN. Demikian, salam sukses!
DAFTAR PUSTAKA
Patternote & Jan Buitellar, 2010. Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Prenada Media Group. Jakarta
Carlo G. Mariea T. " Wireless Radiation in the Etiology and Treatment of Autism: Clinical Observations and Mechanisms ", Australasian Journal of Clinical Environmental Medicine 2007; 26(2): 3-7, 17.
Langganan:
Postingan (Atom)